Kata Pencarian

Jumat, 21 Agustus 2015

Ferdinand Magelhaens

Latar Belakang

Keluarga Magelhaens adalah keluarga bangsawan Spanyol, maka, menurut kebiasaan setempat, Ferdinand telah direkrut sejak mudanya sebagai ajudan di istana kerajaan. Di sini, selain mendapat pendidikan, ia belajar secara langsung prestasi pria-pria seperti Christopher Columbus, yang baru kembali dari Amerika setelah mencari rute pelayaran laut di sebelah barat ke Kepulauan Rempah (Indonesia) yang menjadi buah bibir. Beberapa waktu kemudian, Fernando muda bercita-cita untuk merasakan sendiri desau kibaran layar diterpa angin serta semburan air laut pada wajahnya di samudera yang masih perawan.
Sungguh menyedihkan, tuan dari Fernando, Raja John, dibunuh pada tahun 1495 dan Pangeran Manuel, yang lebih berminat akan harta sebaliknya daripada penjelajahan, naik takhta. Karena alasan tertentu, Manuel tidak menyukai Fernando yang kala itu berusia 15 tahun dan selama bertahun-tahun mengabaikan permintaannya untuk melaut. Tetapi sewaktu Vasco da Gama kembali dari India membawa muatan rempah-rempah, Manuel mengendus aroma kekayaan yang berlimpah-limpah. Akhirnya, pada tahun 1505, ia mengizinkan Magelhaens berangkat Afrika Timur dan India dalam sebuah armada Portugal untuk membantu mengambil alih perdagangan rempah dari para saudagar Arab. Setelah itu, ia berlayar lebih jauh ke timur ke Malaka bersama ekspedisi militer lainnya.
Selama suatu pertikaian di Maroko pada tahun 1513, Magelhaens mengalami cedera yang serius di lutut. Akibatnya, ia menjadi timpang seumur hidupnya. Ia meminta Manuel untuk menaikkan pensiunnya. Tetapi kebencian Manuel tidak berkurang, tidak soal seberapa besarnya penjelajahan, pengorbanan, dan keberanian Magelhaens sehingga kemudian ia hidup dalam kemiskinan meskipun masih menyandang gelar bangsawan.
Pada masa paling susah dalam kehidupan Magelhaens, ia dikunjungi oleh seorang teman lama, navigator terkenal, Joāo de Lisboa. Mereka berdua membahas cara mencapai Kepulauan Rempah dengan pergi ke barat daya, melalui el paso—sebuah selat yang menurut kabar angin adalah jalan pintas melewati Amerika Selatan—dan kemudian menyeberangisamudera yang belum lama itu ditemukan oleh Balboa sewaktu ia mengarungi tanah genting Panama. Mereka yakin bahwa di sisi lain dari samudera ini terletak Kepulauan Rempah.
Magelhaens kini sangat berhasrat untuk melakukan apa yang gagal dilakukan Columbus—menemukan rute barat menujuTimur, yang ia yakin lebih pendek daripada rute sebelah timur. Tetapi ia membutuhkan dukungan finansial. Maka, karena masih merasa jengkel atas kegusaran Manuel, ia melakukan apa yang Columbus sendiri lakukan beberapa tahun sebelumnya—ia meminta dukungan raja Spanyol.

Persiapan Pelayaran Menuju Maluku

Charles, penguasa Spanyol, memberi Magelhaens lima kapal tua untuk diperbaiki dan dipersiapkan guna ekspedisi tersebut, mengangkat dia menjadi kapten-jenderal armada itu, dan menjanjikannya pembagian laba dari rempah-rempah yang dibawa pulang. Magelhaens segera mulai bekerja. Tetapi karena upaya-upaya licik Raja Manuel untuk menyabot proyek tersebut, dibutuhkan lebih dari satu tahun hingga armada tersebut akhirnya siap untuk pelayarannya yang bersejarah.

Keberangkatan

Pada tanggal 20 September 1519, kapal San Antonio, Concepción, Victoria, dan Santiago—yang terbesar hingga yang terkecil—mengikuti kapal induk Magelhaens, Trinidad, kapal terbesar kedua, seraya mereka berlayar menuju Amerika Selatan. Pada tanggal 13 Desember, mereka mencapai Brasil, dan sambil menatap Pāo de Açúcar, atau Pegunungan Sugarloaf, yang mengesankan, mereka memasuki teluk Rio de Janeiro yang indah untuk perbaikan dan mengisi perbekalan. Kemudian mereka melanjutkan ke selatan ke tempat yang sekarang adalah Argentina, senantiasa mencari-cari el paso, jalur yang sulit ditemukan yang menuju ke samudera lain. Sementara itu, udara semakin dingin dan gunung es mulai tampak. Akhirnya, pada tanggal 31 Maret 1520, Magelhaens memutuskan untuk melewatkan musim salju di pelabuhan San Julián yang dingin.
Pelayaran tersebut kini telah memakan waktu enam kali lebih lama daripada pelayaran Columbus mengarungi Samudra Atlantik yang pertama kali—dan belum terlihat satu selat pun! Semangat juang mereka mulai sedingin cuaca di San Julián, dan pria-pria, termasuk beberapa kapten serta perwira, merasa putus asa dan ingin pulang saja. Tidaklah mengherankan bila terjadi pemberontakan. Namun, berkat tindakan yang cepat dan tegas di pihak Magelhaens, hal itu digagalkan dan dua pemimpin pemberontak tersebut tewas.
Kehadiran kapal asing di pelabuhan pastilah menarik perhatian penduduk lokal yang kuat dan berbadan besar. Merasa seperti orang kerdil dibandingkan dengan raksasa-raksasa ini, para pengunjung tersebut menyebut daratan itu Patagonia—dari kata Spanyol yang berarti kaki besar. Mereka juga mengamati "serigala laut sebesar anak lembu, serta angsa berwarna hitam dan putih yang berenang di bawah air, makan ikan, dan memiliki paruh seperti gagak", Tentu saja tidak lain tidak bukan adalah anjing laut dan pinguin.
Daerah lintang kutub cenderung mengalami badai yang ganas secara tiba-tiba, dan sebelum musim dingin berakhir, armada itu mengalami korban pertamnya—Santiago yang kecil. Namun, untunglah para awaknya dapat diselamatkan dari kapal yang karam itu. Setelah itu, keempat kapal yang masih bertahan, bagaikan ngengat kecil bersayap yang terpukul di tengah arus laut yang membeku dan tak kunjung reda, berjuang sekuat tenaga menuju ke selatan ke perairan yang semakin dingin—hingga tanggal 21 Oktober. Berlayar di bawah guyuran air hujan yang membeku, semua mata terpaku pada sebuah celah di sebelah barat. Akhirnya, mereka berbalik dan memasuki selat yang belakangan dikenal sebagaiSelat Magelhaens! Namun, San Antonio dengan sengaja menghilang di tengah jaringan rumit selat itu dan kembali ke Spanyol.
Ketiga kapal yang masih bertahan, diimpit oleh teluk yang sempit di antara tebing-tebing berselimut salju, dengan gigih berlayar melewati selat yang berkelok-kelok itu. Merek mengamati begitu banyaknya api di sebelah selatan, kemungkinan dari perkemahan orang Indian, jadi mereka menyebut daratan itu Tierra del Fuego, “Tanah Api”.

Pencobaan yang Hebat di Samudera Pasifik

Mereka bahagia karena bisa melewati rintangan dari ganasnya Samudra Atlantik. Setelah melewati lima minggu, mereka berlayar menuju sebuah samudra yang sedemikian tenangnya sehingga Magelhaens menamakannya Pasifik (dulu kita mena-
makannya dengan Lautan Teduh).. Pria-pria itu memanjatkan doa, menyanyikan himne, dan merayakan penaklukan itu dengan menembakkan meriam. Tetapi kebahagiaan mereka berumur pendek. Mereka dihadang bencana yang lebih hebat daripada yang sudah-sudah, karena perairan ini ternyata bukan laut kecil yang mereka bayangkan—laut ini seolah-olah tak berujung, dan mereka semakin lapar, semakin lemah, dan semakin banyak yang sakit.
Antonio Pigafetta, seorang Italia yang tangguh, membuat semacam jurnal. Ia menulis, "Hari Rabu, tanggal dua puluh delapan November 1520, kami . . . memasuki Laut Pasifik, dan selama tiga bulan dua puluh hari kami belum mengisi perbekalan . . .Kami hanya makan biskuit busuk yang telah menjadi remah, dan penuh dengan belatung, dan berbau busuk akibat kotoran tikus di atasnya . . . dan kami minum air yang berwarna kuning dan berbau busuk. Kami juga makan kulit sapi . . . , serbuk gergaji, dan tikus-tikus yang masing-masing berharga setengah keping emas, tetapi tidak banyak yang dapat kami tangkap". Jadi, seraya angin segar terus menerpa layar mereka dan air jernih menyelusup di bawah ujung geladak mereka, pria-pria ini tergeletak sekarat akibat kudis. Sembilan belas orang meninggal pada saat mereka mencapai Kepulauan Mariana, pada tanggal 6 Maret 1521.
Tetapi di sini, karena bentrok dengan penduduk pulau, mereka hanya berhasil mendapat sedikit makanan segar sebelum berangkat. Kemudian, pada tanggal 16 Maret, mereka melihat Filipina. Akhirnya, akhirnya semua pria ini mendapat makanan yang baik, beristirahat, dan memulihkan kesehatan dan kekuatan mereka.

Kematian Ferdinand Magelhaens

Sebagai pria yang sangat religius, Magelhaens mengajak banyak penduduk lokal dan penguasa mereka pada agama Katolik. Tetapi semangatnya juga menjadi kebinasaannya. Ia menjadi terlibat dalam pertikaian antarsuku dan, dengan hanya 60 pria, menyerang sekitar 1.500 penduduk pribumi, dengan keyakinan bahwa senapan busur, senapan kuno, dan Allah akan menjamin kemenangannya. Sebaliknya, ia dan sejumlah bawahannya tewas. Magelhaens berusia sekitar 41 tahun. Pigafetta yang setia meratap, 'Mereka membunuh cerminan, penerang, penghibur, dan penuntun sejati kita'. Beberapa hari kemudian, sekitar 27 perwira yang hanya menyaksikan dari kapal mereka, dibunuh oleh para kepala suku yang sebelumnya bersahabat.
Sewaktu Magelhaens tewas, ia berada di lingkungan yang tidak asing. Sedikit ke arah selatan terletak Kepulauan Rempah dan ke arah barat, Malaka, tempat ia pernah berjuang pada tahun 1511. Seandainya, sebagaimana diperkirakan oleh beberapa sejarawan, ia berlayar ke Filipina setelah pertempuran di Malaka, maka sesungguhnya ia telah mengelilingi bola bumi—meskipun, tentu saja, tidak dalam sekali jalan. Ia telah mencapai Filipina dari timur dan barat.

 

Pelayaran Pulang

Karena sekarang jumlah awak pelayaran itu tinggal sedikit, tidak mungkin untuk berlayar dengan tiga kapal, jadi mereka menenggelamkan Concepción dan berlayar dengan dua kapal yang masih tinggal ke tujuan terakhir mereka, Kepulauan Rempah. Kemudian, setelah mengisi muatan dengan rempah-rempah, kedua kapal itu berpisah. Akan tetapi, awak kapalTrinidad ditangkap oleh Portugal dan dipenjarakan.
Namun, Victoria, di bawah komando mantan pemberontak Juan Sebastián de Elcano, luput. Sambil menghindari semua pelabuhan kecuali satu, mereka mengambil risiko melewati rute Portugal mengelilingi Tanjung Harapan. Namun, tanpa berhenti untuk mengisi perbekalan merupakan strategi yang mahal. Sewaktu mereka akhirnya mencapai Spanyol pada tanggal 6 September 1522—tiga tahun sejak keberangkatan mereka—hanya 18 pria yang sakit dan tidak berdaya yang bertahan hidup. Meskipun demikian, tidak dapat dibantah bahwa merekalah orang pertama yang berlayar mengelilingi bumi. Juan Sebastián de Elcano pun menjadi pahlawan. Sungguh suatu hal yang menakjubkan, muatan rempah Victoriaseberat 26 ton menutup ongkos seluruh ekspedisi!

Nama Magelhaens Terus Dikenang

Selama bertahun-tahun, Magelhaens tidak mendapat tempat semestinya dalam sejarah. Disimpangkan oleh laporan para kapten yang memberontak. Reputasinya, mengatakan bahwa ia seorang bengis dan tidak becus. Orang Portugis mencapnya sebagai pengkhianat. Sungguh menyedihkan, catatannya lenyap sewaktu ia meninggal, kemungkinan dimusnahkan oleh orang-orang yang akan dirugikan olehnya. Tetapi berkat Pigafetta yang gigih—salah seorang dari 18 navigator yang selamat itu—dan sekitar 5 anggota lainnya dalam ekspedisi tersebut, nama Magelhaens mendapat tempat dalam catatan sejarah dunia.
Pada waktunya, sejarah mengubah penilaiannya, dan dewasa ini nama Magelhaens mendapat kehormatan yang selayaknya.
Mengapa pelayaran Magelhaens sedemikian penting? Pertama, ia membuktikan bahwa Amerika bukan bagian serta tidak berdekatan dengan Asia, sebagaimana yang dipikirkan oleh Columbus. Kedua, pada akhir pelayaran itu, perbedaan satu hari dalam tanggal memperlihatkan perlunya menetapkan suatu garis penanggalan internasional. Dan terakhir, sebagaimana dikatakan penulis sains Isaac Asimov, ia memperlihatkan bahwa bumi berbentuk bulat selaras dengan Alkitab yang ia percayai. Alkitab sendiri telah menyatakannya lebih dari 2.250 tahun.

Selamat

Ketika satu kapal yang selamat, Victoria, kembali ke pelabuhan setelah menyelesaikan perjalanan mengelilingi dunia yang pertama kali, hanya 18 orang laki-laki dari 237 laki-laki yang berada di kapal pada awal keberangkatan. Di antara yang selamat, terdapat dua orang Italia, Antonio Pigafetta dan Martino de Judicibus. Martino de Judicibus adalah orang dari Genoa yang bertindak sebagai Kepala Pelayan. Ia bekerja dengan Ferdinand Magellan pada perjalanan historisnya untuk menemukan rute barat ke Kepulauan Rempah-rempah Indonesia. Sejarah perjalanannya diabadikan dalam pendaftaran nominatif pada Archivo General de Indias di Seville, Spanyol. Martino de Judicibus memulai ekspedisi ini dengan gelar kapten.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar