Asal-usul terjadinya Desa Waung, letanya
pada dunia di 07° 35’ 617” lintang selatan dan di 112° 03’ 240” bujur timur,
sedangkan ketinggian diatas permukaan laut pada awal semula 46 m, posisi
sekarang 41 m diatas permukaan laut. Kependudukan awal mulanya atau yang babat
hutan pertama adalah, ketika ada remain-ramainya perang Kerajaan Mataram,
banyak orang-orang dari Kerajaan Mataram mengungsi di hutan daerah ini.
Kebetulan ada sumber air, sehingga orang-orang pelarian dari Kerajaan Mataram
pada waktu itu singgah disini dengan membuat tenda-tenda yang akhirnya
menebangi pohon-pohon yang ada disekitar sini membuat permanen menetap disini.
Ketika menebangi hutan disini, orang-orang
pendatang tersebut menemukan banyak pohon aneh, oleh orang-orang tersebut diteliti
katanya pohon Waung, sehingga daerah ini disebut Desa Waung.
Selanjutnya orang-orang tersebut kerasan
di daerah ini, mengingat sumber air minum ada, pengolahan tanahnya mudah
digarap dan subur, penghuninya makin lama makin berkembang, akhirnya sumber air
yang ditemukan tersebut digali dan dibuat sumur besar hingga saat ini sumur
tersebut diberi nama Sumur Gede. Makin lama sumur tersebut tumbuh pepohonan
yang disebut pohon beringin, makin lama makin besar hingga sampai menutupi
sumur tersebut hingga kini masih hidup, dan tempat ini dibuat punden oleh
masyarakat Waung dinamakan Punden Sumur Gede, Sebab sumur ini bias menghidupi
orang-orang di Desa Waung, bahkan sampai desa-desa sekitarnya; Desa
Kemlokolegi, Desa Baron dan desa-desa lain.
Selanjutnya wilayah Desa Waung makin lama
makin berkembang ke selatan dan ke barat. Ke selatan dinamaka Dusun Santren,
sebab pada waktu itu di wilayah ini ada didirikan Pondok Pesantren, peninggalan
Masjidnya masih ada, akhirnya wilayah tersebut ikut wilayah Desa Baron yang
wilayahnya atau batasnya disebut daerah Wates Dusun Padasan, sebelah selatan
disebut Dusun Wates, hal ini kami ambil dari sebuah cerita dari Mbah Suparlan
yang pada saat ini masih hidup, sedang untuk Desa Waung pemberian nama
orang-orang yang babat hutan pertama, pada saat ini disebut Dusun Waung, dalam
hal ini kita kutip dari keterangan Mbah Mahkiyar bin H. Iksan Almarhum, hingga
saat ini juga masih hidup.
Menurut keterangan Mbah Mahkiyar, pernah
didongengi oleh seorang sesepuh Dusun Waung yang bernama Mbah Surodikromo
Almarhum dan Mbah Sanusi Almarhum. Sedangkan Mbah Surodikromo dan Mbah Sanusi
adalah turunan ke-3 dari salah satu orang-orang Mataram.
Berkembangnya ke barat dinamakan Dusun
Krandeg salah ucapan sekarang namanya Dusun Kandeg yang merupakan wilayah dusun
di Desa Waung yang paling besar wilayahnya dan juga penduduknya, ini dikutip
dari seorang tokoh masyarakat yang bernama Mbah G.W Soegiharto yang sekarang
ini masih hidup.
Beliau pernah didongengi oleh sesepuh
warga Dusun Kandeg yang bernama Mbah Ndojo Pawiro ketika hidupnya dan sekarang
sudah almarhum.
Mulo bukane pemberian nama Dusun Kandeg
tersebut diambil dari sebuah pohon besar bernama Randu dimana pohon tersebut di
atas ada sarang tawon Gung yang sangat besar, sehingga pada waktu orang-orang
lewat disitu banyak orang yang ke yungyun mandeg disekitar situ salah satunya
adalah orang-orang pelarian dari Kerajaan Mataram yang bernama Mbah Iroseno
salah satunya yang babat hutan di wilayah Kandeg ini, hingga kini makam Yang
Iroseno sekalian garwo, disebut punden Yang Iroseno, yang babat Dusun Kandeg.
Desa Waung berkembang yang akhirnya ada
pemerintahan. Pada pemerintahan pertama dipimpin oleh Lurah bernama Mbah Sarigo
dari tahun 1885-1900, tempat pemerintahan pada waktu itu letaknya di timur
Polsek Baron. Di Dusun Kandeg, beliau tidak tentram dan tidak kuat lantas
pindah ke Dusun Waung, akhirnya pusat pemerintahan menetap di Dusun Waung
hingga sekarang. Pemerintahan kedua dipimpin seorang Lurah aran Mbah Ompong
sebab giginya ompong, pemerintahannya sejak tahun 1900-1905. Pemerintahan
ketiga dipimpin oleh Lurah aran Mbah Putul, sebab kakinya putul satu,
pemerintannya sejak tahun 1905-1932.
Pemerintahan keempat dipimpin oleh Lurah
bernama Mbah Sastro Widjojo Sarjdan sejak tahun 1932-1956. Pemerintahan kelima
dipimpin oleh Lurah bernama Mbah Kukuh Soewardi sejak tahun 1956-1990.
Pemerintahan selanjutnya yang keenam oleh Kepala Desa bernama Kukuh Wahyono
sejak tahun 1990-1997. Selanjutnya pemerintahan yang ke tujuh dipimpin oleh
Kepala Desa bernama Drs. Sugeng Widodo sejak tahun 1997-2001. Tahun 2001-2003
pimpinan pemerintahan kosong, masa transisi peralihan perundang-undangan,
pimpinan pemerintahan dijabat oleh seorang Pj bernama Bapak Suparno merangkap
sebagai Sekretaris Desa (Sekdes). Yang terakhir pemerintahan dipimpin oleh
Bapak Kukuh Wahyono lagi sejak 2003 hingga berakhir pada 2013, karena kebetulan
pada masa kepemimpinan Bapak Kukuh Wahyono yang kedua Undang-undang berubah
bahwa jabatan Kepala Desa adalah 10 tahun. Sedangkan Pimpinan Desa atau Kepala
Desa selanjutnya adalah diduduki oleh M. Heru Fahmi, yang memenangkan perolehan
suara melalui Pemilihan Kepala Desa periode tahun 2014 hingga 2019.
Demikian Sejarah Desa Waung ini dibuat
agar kedepan dapat memberikan wawasan kepada pemerintah dan masyarakat pada
umumnya.
Data Umum Penduduk Desa Waung
1. Kepala Keluarga : 1726 KK
|
|||
a
|
Keluarga Pra Sejahtera
|
:
|
274 KK
|
b
|
Keluarga Sejahtera I
|
:
|
638 KK
|
c
|
Keluarga Sejahtera II
|
:
|
512
|
d
|
Keluarga Sejahtera III
|
:
|
177
|
e
|
Keluarga Sejahtera III Plus
|
:
|
126
|
1. Jumlah Penduduk : 5.864 Jiwa
|
|||
a
|
Laki-laki
|
:
|
2.780 Jiwa
|
b
|
Perempuan
|
:
|
3.084
|
c
|
Usia 0-17
|
:
|
2.153 Jiwa
|
d
|
Usia 18-56
|
:
|
3.171 Jiwa
|
e
|
Usia 56 keatas
|
:
|
540 Jiwa
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar