Kata Pencarian

Jumat, 21 Agustus 2015

Asal Usul Desa Kandeg

Asal-usul terjadinya Desa Waung, letanya pada dunia di 07° 35’ 617” lintang selatan dan di 112° 03’ 240” bujur timur, sedangkan ketinggian diatas permukaan laut pada awal semula 46 m, posisi sekarang 41 m diatas permukaan laut. Kependudukan awal mulanya atau yang babat hutan pertama adalah, ketika ada remain-ramainya perang Kerajaan Mataram, banyak orang-orang dari Kerajaan Mataram mengungsi di hutan daerah ini. Kebetulan ada sumber air, sehingga orang-orang pelarian dari Kerajaan Mataram pada waktu itu singgah disini dengan membuat tenda-tenda yang akhirnya menebangi pohon-pohon yang ada disekitar sini membuat permanen menetap disini.

Ketika menebangi hutan disini, orang-orang pendatang tersebut menemukan banyak pohon aneh, oleh orang-orang tersebut diteliti katanya pohon Waung, sehingga daerah ini disebut Desa Waung.

Selanjutnya orang-orang tersebut kerasan di daerah ini, mengingat sumber air minum ada, pengolahan tanahnya mudah digarap dan subur, penghuninya makin lama makin berkembang, akhirnya sumber air yang ditemukan tersebut digali dan dibuat sumur besar hingga saat ini sumur tersebut diberi nama Sumur Gede. Makin lama sumur tersebut tumbuh pepohonan yang disebut pohon beringin, makin lama makin besar hingga sampai menutupi sumur tersebut hingga kini masih hidup, dan tempat ini dibuat punden oleh masyarakat Waung dinamakan Punden Sumur Gede, Sebab sumur ini bias menghidupi orang-orang di Desa Waung, bahkan sampai desa-desa sekitarnya; Desa Kemlokolegi, Desa Baron dan desa-desa lain.

Selanjutnya wilayah Desa Waung makin lama makin berkembang ke selatan dan ke barat. Ke selatan dinamaka Dusun Santren, sebab pada waktu itu di wilayah ini ada didirikan Pondok Pesantren, peninggalan Masjidnya masih ada, akhirnya wilayah tersebut ikut wilayah Desa Baron yang wilayahnya atau batasnya disebut daerah Wates Dusun Padasan, sebelah selatan disebut Dusun Wates, hal ini kami ambil dari sebuah cerita dari Mbah Suparlan yang pada saat ini masih hidup, sedang untuk Desa Waung pemberian nama orang-orang yang babat hutan pertama, pada saat ini disebut Dusun Waung, dalam hal ini kita kutip dari keterangan Mbah Mahkiyar bin H. Iksan Almarhum, hingga saat ini juga masih hidup.

Menurut keterangan Mbah Mahkiyar, pernah didongengi oleh seorang sesepuh Dusun Waung yang bernama Mbah Surodikromo Almarhum dan Mbah Sanusi Almarhum. Sedangkan Mbah Surodikromo dan Mbah Sanusi adalah turunan ke-3 dari salah satu orang-orang Mataram.

Berkembangnya ke barat dinamakan Dusun Krandeg salah ucapan sekarang namanya Dusun Kandeg yang merupakan wilayah dusun di Desa Waung yang paling besar wilayahnya dan juga penduduknya, ini dikutip dari seorang tokoh masyarakat yang bernama Mbah G.W Soegiharto yang sekarang ini masih hidup.

Beliau pernah didongengi oleh sesepuh warga Dusun Kandeg yang bernama Mbah Ndojo Pawiro ketika hidupnya dan sekarang sudah almarhum.

Mulo bukane pemberian nama Dusun Kandeg tersebut diambil dari sebuah pohon besar bernama Randu dimana pohon tersebut di atas ada sarang tawon Gung yang sangat besar, sehingga pada waktu orang-orang lewat disitu banyak orang yang ke yungyun mandeg disekitar situ salah satunya adalah orang-orang pelarian dari Kerajaan Mataram yang bernama Mbah Iroseno salah satunya yang babat hutan di wilayah Kandeg ini, hingga kini makam Yang Iroseno sekalian garwo, disebut punden Yang Iroseno, yang babat Dusun Kandeg.

Desa Waung berkembang yang akhirnya ada pemerintahan. Pada pemerintahan pertama dipimpin oleh Lurah bernama Mbah Sarigo dari tahun 1885-1900, tempat pemerintahan pada waktu itu letaknya di timur Polsek Baron. Di Dusun Kandeg, beliau tidak tentram dan tidak kuat lantas pindah ke Dusun Waung, akhirnya pusat pemerintahan menetap di Dusun Waung hingga sekarang. Pemerintahan kedua dipimpin seorang Lurah aran Mbah Ompong sebab giginya ompong, pemerintahannya sejak tahun 1900-1905. Pemerintahan ketiga dipimpin oleh Lurah aran Mbah Putul, sebab kakinya putul satu, pemerintannya sejak tahun 1905-1932.

Pemerintahan keempat dipimpin oleh Lurah bernama Mbah Sastro Widjojo Sarjdan sejak tahun 1932-1956. Pemerintahan kelima dipimpin oleh Lurah bernama Mbah Kukuh Soewardi sejak tahun 1956-1990. Pemerintahan selanjutnya yang keenam oleh Kepala Desa bernama Kukuh Wahyono sejak tahun 1990-1997. Selanjutnya pemerintahan yang ke tujuh dipimpin oleh Kepala Desa bernama Drs. Sugeng Widodo sejak tahun 1997-2001. Tahun 2001-2003 pimpinan pemerintahan kosong, masa transisi peralihan perundang-undangan, pimpinan pemerintahan dijabat oleh seorang Pj bernama Bapak Suparno merangkap sebagai Sekretaris Desa (Sekdes). Yang terakhir pemerintahan dipimpin oleh Bapak Kukuh Wahyono lagi sejak 2003 hingga berakhir pada 2013, karena kebetulan pada masa kepemimpinan Bapak Kukuh Wahyono yang kedua Undang-undang berubah bahwa jabatan Kepala Desa adalah 10 tahun. Sedangkan Pimpinan Desa atau Kepala Desa selanjutnya adalah diduduki oleh M. Heru Fahmi, yang memenangkan perolehan suara melalui Pemilihan Kepala Desa periode tahun 2014 hingga 2019.

Demikian Sejarah Desa Waung ini dibuat agar kedepan dapat memberikan wawasan kepada pemerintah dan masyarakat pada umumnya.

Data Umum Penduduk Desa Waung

1. Kepala Keluarga : 1726 KK
a
Keluarga Pra Sejahtera
:
274 KK
b
Keluarga Sejahtera I
:
638 KK
c
Keluarga Sejahtera II
:
512
d
Keluarga Sejahtera III
:
177
e
Keluarga Sejahtera III Plus
:
126


1. Jumlah Penduduk : 5.864 Jiwa
a
Laki-laki
:
2.780 Jiwa
b
Perempuan
:
3.084
c
Usia 0-17
:
2.153 Jiwa
d
Usia 18-56
:
3.171 Jiwa
e
Usia 56 keatas
:
540 Jiwa


Keunggulan Tanah di Indonesia

KEUNGGULAN TANAH DI INDONESIA
Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan.
Jenis – Jenis Tanah
A. TANAH VERTIKAL Bentuk persebaran tanah vertikal dapat kalian lihat saat ada penggalian parit, liang, atau sumur. Saat mencapai kedalamantertentu, kalian akan melihat perbedaan warna lapisan tanah. Perbedaan warna lapisan tanah tersebut dikenal dengan sebutan profil tanah.
Secara garis besar, profil tanah terdiri atas empat lapisan.
1.      Lapisan tanah atas (Topsoil)
Lapisan tanah inimerupakan bentuk lapisan tanah yang paling subur, berwarna cokelat kehitam-hitaman, gembur, dan memiliki ketebalan hingga 30 cm.
2.      Lapisan tanah bawah (Subsoil)
Lapisan tanah ini merupakan lapisan tanah yang berada tepat di bawah lapisan topsoil. Lapisan ini memiliki sifat kurang subur
3.      Lapisan bahan induk tanah (Regolith)
Lapisan bahan ini merupakan asal atau induk dari lapisan tanah bawah.
4.      Lapisan batuan induk (Bedrock)
Lapisan batuan ini merupakan bentuk batuan pejal yang belum mengalami proses pemecahan.
B. TANAH HORIZONTAL 
Tanah Horizontal  adalah lapisan tanah paling atas yang di setiap wilayah permukaan bumi berbeda-beda jenisnya. Persebaran tanah secara horizontal di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berikut ini. 
1.      Tanah gambut (organosol) 
Ciri-ciri :
Tanah gambut berwarna hitam, memiliki kandungan air dan bahan organik yang tinggi, memiliki pH atau tingkat keasaman yang tinggi, miskin unsur hara, drainase jelek, dan pada umumnya kurang begitu subur.
Pemanfaatan :Jenis tanah ini terbatas untuk pertanian perkebunan seperti karet, kelapa dan palawija. 
2.      Tanah latosol 
Ciri-ciri :
Tanah latosol berwarna merah kecokelatan, memiliki profil tanah yang dalam, mudah menyerap  air, memiliki pH 6 – 7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang mudah bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium, kadar humusnya mudah menurun. Jenis tanah ini pada dasarnya merupakan bentuk pelapukan dari batuan vulkanis.
3.      Tanah regosol 

Ciri-ciri :
Tanah regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 - 7, cenderung gembur, kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah tererosi.
Pemanfaatan :Banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian. 



4.      Tanah aluvial 
Ciri-ciri :
Tanah aluvial meliputi lahan yang sering mengalami banjir, sehingga dapat dianggap masih muda. Sifat tanah ini dipengaruhi langsung oleh sumber bahan asal sehinggakesuburannya pun ditentukan sifat bahan asalnya.
Pemanfaatan :Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman pertanian. 
5.      Tanah litosol 
Ciri-ciri :
Tanah litosol dianggap sebagai lapisan tanah yang masih muda, sehingga bahan induknya dangkal (kurang dari 45 cm) dan seringkali tampak di permukaan tanah sebagai batuan padat yang padu.
Pemanfaatan :Jika akan dimanfaatkan untuk lahan pertanian, maka jenis tanah ini harus dipercepat perkembangannya, antara lain, dengan penghutanan atau tindakan lain untuk mempercepat pelapukan dan pembentukan topsoil. 
6.      Tanah grumusol 
Ciri-ciri :
Tanah grumusol pada umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga hitam, pH netral hingga alkalis, dan mudah pecah saat musim kemarau.
Pemanfaatan :Pemanfaatan jenis tanah ini pada umumnya untuk jenis vegetasi rumputrumputan atau tanaman keras semusim (misalnya pohon jati). 
7.      Tanah andosol 
Ciri-ciri :
Tanah andosol terbentuk dari endapan abu vulkanik yang telah mengalami pelapukan sehingga menghasilkan tanah yang subur. Jenis tanah ini berwarna cokelat kehitaman.
Pemanfaatan :Jenis tanah ini banyak dikembangkan untuk tanaman perkebunan dan hortikultura. 
8.      Tanah podzolik merah-kuning 
Ciri-ciri :
Berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan antara 2.500 - 3.000 mm/tahun.
Pemanfaatan :Jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan perkebunan. 
9.      Tanah rendzina 
Ciri-ciri :
Rendzina merupakan tanah padang rumput yang tipis berwarna gelap, terbentuk dari kapur lunak, batu-batuan mergel, dan gips.
Pemanfaatan :Jenis tanah ini kurang bagus untuk lahan pertanian, sehingga dibudidayakan untuk tanaman-tanaman keras semusim dan palawija.
####


Sebab – sebab tanah di Indonesia subur:
1.      Indonesia berada didaerah vulkanis. Indonesia banyak gunung berapi aktif. Letusan gunung berapi tersebut menyemburkan abu vulkanis sebagai penyubur kembali tanah yang kurang subur.
2.      Banyak kandungan humus dalam tanah Indonesia.
3.      Indonesia beriklim tropis.
Ada beberapa manfaat adanya tanah di Indonesia subur:
1.      Mengakibatkan berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik.
2.      Jenis hewan dapat hidup dengan baik.
3.      Memungkinkan berbagai macam jenis sumber daya alam berkembang dan ditemukan di Indonesia.
4.      untuk membuat genting (tanah liat)
5.      untuk lahan pertanian (tanah humus)
6.      untuk pertanian pasang surut ( tanah gambut)
7.      untuk pertanian palawija ( tanah podzol)
8.      untuk hujan jati (tanah mergel)
Sebab mengapa Indonesia kaya dengan jenis hewan, baik yang hidup secara alami maupun diternakkan adalah dengan kondisi tanah yang subur , iklim tropis, dan curah hujan yang cukup, tanah Indonesia dapat ditanami berbagai jenis tanaman sebagai penyedia makanan bagi hewan di daerah tersebut. Ituah sebabnya Indonesia kaya dengan jenis hewan, baik yang hidup secara alami maupun diternakkan
Selain ada manfaat, juga ada kekurangan dengan adanya tanah Indonesia yang subur:
1.      Tanah Indonesia yang selalu menjadi incaran serta bahan perebutan karena sumber daya-nya yang melimpah tersebut.
2.      tanah agak terlalu lembek tanah agak kurang subur di kota tanah yang tidak cocok untuk pembangunan.
Keunggulan komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk dapat membandingkannya dengan yang lainnya. Dengan mengacu arti tersebut, kami berpendapat, bahwa keunggulan komparatif, adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh organisasi seperti SDM, fasilitas, dan kekayaan lainnya, yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi
Keunggulan komparatif Indonesia antara lain:
1.      Kondisi tanah subur.
2.      Beriklim tropis.
3.      Sinar matahari cukup.
4.      Curah hujan cukup tinggi
No
Jenis Tanaman
Kondisi Tanaman
Mengapa Dapat Tumbuh Dengan Subur
1
Padi
Subur
-          Curah hujan di Indonesia cukup besar.
-          Dipengaruhi angin muson.
-          Tanah di Indonesia subur.
-          Beriklim tropis
2
Jagung
Subur
-          Curah hujan di Indonesia cukup besar.
-          Dipengaruhi angin muson.
-          Tanah di Indonesia subur
-          Beriklim tropis.
3
Teh
Subur
-          Curah hujan di Indonesia cukup besar.
-          Dipengaruhi angin muson.
-          Tanah di Indonesia subur
-          Beriklim tropis.
-          Perkebunannya berada di daerah dataran tinggi.
4
Tebu
Baik / subur
-          Iklim di Indonesia mendukung pertumbuhan tebu.
-          Tanaman tebu dapat tumbuh di dataran rendah-pegunungan dengan ketinggian kurang lebih 1000 m di atas permukaan laut.
-          Temperatur suhu cukup.
-          Curah hujan cukup.
-          Kondisi tanah subur.
-          Pergantian musim seimbang setiap tahun.

Majas

Majas atau kiasan adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum.

Majas dapat digolongkan sebagai berikut.
A. Majas Perbandingan
Majas perbandingan terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1. Majas Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja dianggap sama.
Contoh:
  • Bak mencari kutu dalam ijuk. (Melakukan sesuatu yang mustahil)
  • Bagai kambing dihalau ke air. (Hal orang yang enggan disuruh atau diajak mengerjakan sesuatu)
  • Semanis madu.
  • Sedalam laut.
  • Secantik bidadari.
  • Sesegar udara pagi.
Perumpamaan secara eksplisit dinyatakan dengan kata seperti, bak, bagai, ibarat, penaka, sepantun, laksana, umpama.
2. Metafora
Metafora adalah perbandingan yang implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang berbeda. Dengan kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan benda yang menggantinya.
Contoh:
  • Kapan Anda bertemu dengan lintah darat itu?
  • Siti Mutmainah adalah kembang desa di sini.
  • Kelaparan masih tetap menghantui  rakyat Etiopia.
  • Nina tangkai hati  ibu.
3. Personifikasi
Personifikasi adalah majas perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi seolah-olah hidup, dapat berbuat, atau bergerak.
Contoh:
  • Peluru mengoyak-ngoyak dada musuh.
  • Banjir besar telah menelan seluruh harta penduduk.
  • Matahari mulai merangkak  ke atas.
  • Kabut tebal menyelimuti desa kami.
4. Alegori
Alegori pada umumnya menganding sifat-sifat moral manusia.
Contoh:
  • Mendayung bahtera rumah tangga. (Perbandingan yang utuh bagi seseorang dalam rumah tangga)
B. Majas Pertentangan
Majas pertentangan terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
1. Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.
Contoh:
  • Keringatnya menganak sungai.
  • Suaranya menggelegar membelah angkasa.
2. Litotes
Litotes adalah majas yang menyatakan kebalikan daripada hiperbola, yaitu menyatakan sesuatu dengan memperkecil atau memperhalus keadaan. Majas litotes disebut juga hiperbola negatif.
Contoh:
  • Tapi, maaf kami tak dapat menyediakan apa-apa. Sekadar air untuk membasahi tenggorokan saja yang ada.
  • Tentu saja karangan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan saya terima dengan senang hati.
3.Ironi                                                                                         Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang berlawanan atau bertentangan, dengan maksud menyindir. Ironi disebut juga majas sindiran.
Contoh:
  • Bagus benar ucapanmu itu, sehingga menyakitkan hati.
  • Kau memang pandai, mengerjakan soal itu tak satupun ada yang betul.
4. Antonomasia
Antonomasia adalah penyebutan terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
Contoh:
  • Sssssttt, lihat! Si cerewet datang. Kalian tidak perlu bertanya.
  • Macam-macam! Biar si gendut saja nanti yang menghadapinya.
  • Kemarin saya lihat si Kacamata hitam keluar bersama-sama dengan si Kribo. Benar tidak?
5. Oksimoron
Oksimoron adalah pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang mengandung hal-hal yang bertentangan.
Contoh:
  • Memang benar musyawarah itu merupakan wadah untuk mencari kesepakatan. Namun tidak jarang menjadi wadah pertentangan para pesertanya.
  • Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat untuk memecah belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa.
  • Olahraga mendaki bukit memang menarik, tetapi juga sangat berbahaya.
6. Paradoks
Paradoks adalah pengungkapan terhadap suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi mengandung kebenaran.
Contoh:
  • Memang hidupnya mewah, mempunyai mobil, rumahnya besar, tetapi mereka tidak berbahagia. Tidak tahu mengapa, mungkin karena belum mempunyai anak.
  • Walaupun ia tinggal di kota besar, kota metropolitan, hiburan ada di mana-mana, ia bercerita padaku katanya kesepian.
7. Kontradiksio
Kontradiksio adalah pengungkapan yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah dikatakan lebih dulu sebagai pengecualian.
Contoh:
  • Sebenarnya semua saudaranya, yang dulu-dulu pandai, hanya dia sendiri yang bodoh. Mungkin saja karena malasnya.
  • Malam itu gelap gulita, tanpa kerlip kunang-kunang yang sebentar tampak dan sebentar hilang.


C. Majas Pertautan
Majas pertautan dibedakan menjadi:
  1. Metonimia
  2. Sinekdok, terdiri atas:
    • Pars pro toto
    • Totem pro parte
  3. Alusio
  4. Eufemisme
1. Metonimia
Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal, sesuai penggantinya.
Contoh:
  • Ayah suka mengisap gudang garam. (Maksudnya rokok)
  • Si Jangkung dipakai sebagai sebagai pengganti orang yang mempunyai ciri jangkung.
2. Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya.
Contoh:
  • Sudah seminggu ini Iwan tidak tampak batang hidungnya. (Padahal yang dimaksud bukan hanya batang hidung)
  • Indonesia berhasil memboyong kembali piala Thomas. (Padahal yang berhasil hanya satu regu bulu tangkis)
  1. Pars pro toto adalah penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan. Contoh:
    • Jauh-jauh telah kelihatan berpuluh-puluh layar di sekitar pelabuhan itu.
    • Selama ini kemana saja kau? Sudah lama tak nampak batang hidungmu. Nenek selalu menanyakan kau.
    • Ia harus bekerja keras sejak pagi hingga sore karena banyak mulut yang harus disuapi.
    • Kita akan mengadakan selamatan sebagai rasa syukur karena kita naik kelas semua. Untuk itu biaya kita tanggung bersama tiap kepala dikenakan iuran sebesar Rp 1.500,00
  2. Totem pro parte adalah majas penyebutan keseluruhan untuk maksud sebagian saja. Contoh:
    • Dalam musim kompetisi yang lalu, kita belum apa-apa. Tetapi dalam tahun ini, sekolah kita harus tampil sebagai juara satu.
    • Dalam pertandingan musim lalu, Indonesia dapat meraih medali emas.
3. Alusio
Alusio adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan menggunakan peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun yang isinya sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.
Contoh:
  • Menggantang asap saja kerjamu sejak tadi. (Membual/beromong-omong)
  • Ah, kau ni memang tua-tua keladi. (Maksudnya makin tua makin menjadi)
4. Eufemisme
Eufemisme adalah majas kiasan halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak menyenangkan. Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang dianggap tabu atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.
Contoh:
  • Orang itu memang bertukar akal. (Pengganti gila)
  • Kalau dalam hutan jangan menyebut-nyebut nenek. (Pengganti harimau)
  • Pemerintah telah mengadakan penyesuaian harga BBM. (Pengganti menaikkan)
D. Majas Perulangan
Contoh:
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.